25 radar bogor

Kesulitan Awasi Penjualan Sajam Antarpelajar

BOGOR–Praktik jual beli senjata tajam (sajam) melalui media sosial yang marak terjadi di kalangan pelajar, rupanya, menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya angka tawuran di Kota Bogor. Kondisi itu membuat Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Fakhrudin, harus bekerja ekstra keras agar praktik tersebut bisa diredam.

“Kami inginnya angka tawuran wajib menurun. Intinya, kita upayakan agar sampai tawuran ini betul-betul tidak ada. Karena kalau masih ada tawuran, kan pendidikan itu belum dipahami,” ujanya kepada Radar Bogor, kemarin (29/8).

Ia meminta agar orang tua murid turut meningkatkan kewaspadaan, menanggapi bisnis alat tawuran. Jual beli senjata tawuran yang dilakukan melalui medsos seperti Facebook dan Instagram, dinilainya sudah masuk skala darurat. “Pengawasan dari orang tua juga penting. Karena kalau sudah di medsos ini, sudah di luar yang bisa kita jangkau. Kami sampaikan ke orang tua agar lebih memperhatikan keselamatan anak,” terang Fahmi, sapaan akrabnya.

Yang pasti, menurutnya, Disdik bakal intens melakukan pembinaan melalui sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman kepada para pelajar. Terlebih, pelajar di tingkat SMA ataupun SMK. Karena, tradisi tawuran pelajar di tingkat SMP dianggapnya cenderung masih rendah.

Selain itu, Disdik Kota Bogor tetap bersinergi dengan berbagai instansi terkait. Khusus mengenai jual beli senjata tawuran, pihaknya menggaet Polresta Bogor Kota karena sudah masuk ranah kriminal. “Satgas pelajar juga akan kami berdayakan untuk mencegah kenakalan remaja,” tandasnya.

Terpisah, salah satu orang tua murid, Agus Hidayat (42) merasa perlu meningkatkan kewaspadaannya setelah mengetahui marak jual beli senjata tawuran di kalangan pelajar. Warga RT 04/04 Kelurahan Panaragan itu, khawatir anak bungsunya yang kini tengah duduk di bangku kelas tiga SMP terlibat bisnis tersebut.

“Hanya, kadang-kadang saja saya periksa HP-nya, semoga sih tidak ikut-ikutan. Kita harus tahu pasti jam keluar masuk sekolahnya. Jadi, kalau lewat beberapa jam dia tidak pulang ke rumah, harus diteleponin terus. Karena memang khawatir juga suka ada tawuran segala macam,” kata Agus.

Sebelumnya, Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Pelajar Kota Bogor, Muhammad Iqbal mengatakan bahwa pihaknya tengah membidik jual beli celurit via medsos di kalangan pelajar. Pasalnya, pihaknya kerap kali mendapati beberapa akun Facebook dan Instagram yang dikelola oleh pelajar memampang foto celurit dilengkapi kalimat bernada promosi. “Ni harga murah, dari Madura harga Rp125 ribu. Atau yang sudah kehabisan celurit kita ada stok,” ujarnya menirukan beberapa kalimat promosi yang dipampang di media sosial. (rp1/c)