25 radar bogor

Menguak Bisnis Senjata Tajam Antarpelajar Bogor

JANGAN DICONTOH: Salah satu pelajar Bogor yang menjajakan celurit di lapak Instagramnya.
JANGAN DICONTOH: Salah satu pelajar Bogor yang menjajakan celurit di lapak Instagramnya.

BOGOR – Perilaku remaja Kota Hujan kian memprihatinkan. Bukan lagi sekadar tawuran, kenakalan remaja yang kerap meresahkan masyarakat itu kini merambah jadi bisnis senjata tawuran.

Didukung perkembangan teknologi, mereka mengandalkan media sosial (medsos) seperti Facebook dan Instagram sebagai bursa dagangnya. Bisnis tersebut pun tengah menjadi bidikan Satuan Tugas (Satgas) Pelajar Kota Bogor.

Ketua Harian Satgas Pelajat Kota Bogor Muhammad Iqbal mengaku, mendapati beberapa akun Facebook dan Instagram yang dikelola oleh pelajar dengan memampang foto celurit dilengkapi kalimat bernada promosi.

“Ni harga murah, dari Madura harga Rp125 ribu. Atau yang sudah kehabisan celurit kita ada stok. Gitu,” ujar Iqbal menirukan beberapa kalimat promosi yang dipampang di medsos.

Meski masih bau kencur, para penjual ini terbilang sudah ahli. Mereka bisa mendeteksi jika ada pembelinya yang berkomentar tapi bukan dari kalangan pelajar. Maklum, beberapa kali Satgas Pelajar memancing dengan berpura-pura menjadi pembeli, tapi tak kunjung direspons si penjual.

“Kalaupun kami comment tidak akan ditanggapi, karena mereka ada bahasa khususnya. Kami cukup pantau dulu, jangan ikut comment. Kalau bahasanya beda pasti ketahuan. Saya juga cukup lama mempelajari bahasa mereka,” terangnya. Apalagi, berdasarkan hasil penelusurannya, tak hanya kalangan SMA dan SMK yang turut terlibat, melainkan juga sudah merambah siswa SMP.

Sekali waktu, pihaknya sempat membuntuti remaja yang tengah bertransaksi di Cibinong Kabupaten Bogor. Informasi tersebut ia peroleh dari hasil menguntit perbincangan calon pembeli yang menyebutkan ingin bertransaksi di lokasi tersebut.

Namun rupanya, ketika di hendak ditangkap, keduanya berhasil melarikan diri.Usahanya tak berhenti di situ. Pihaknya juga sempat menelusuri ke sekolah siswa yang menjual senjata tawuran. Tapi, rupanya ketika disambangi, siswa tersebut sudah dikeluarkan lantaran sempat terlibat tawuran.

“Memang susah kami telusuri juga. Pernah ada salah satu pelajar, tapi sekarang sudah dikeluarkan dari sekolahnya. Itu laki-laki, sekarang kami lagi cari yang perempuan di salah satu sekolah Kota Bogor. Saya tidak bisa sebutkan dulu namanya,” ujarnya.

Iqbal mengaku, salah satu pelaku transaksi jual beli senjata tawuran via online itu sempat ditangkap Satgas Pelajar di Cigombong Kabupaten Bogor.

“Kalau dia sudah bawa barang bukti, langsung kami serahkan ke kepolisian. Jadi, kita semua kerja sama. Tugas kita ini memang mengantisipasi anakanak melakukan perbuatan menyimpang,” tuturnya.

Bukan hanya itu, Iqbal mengatakan bahwa tugasnya juga cukup berjibun. Antara lain, mencegah kenakalan remaja seperti mabuk-mabukan dan nongkrong di waktu yang terlampau larut. “Tapi, dengan adanya Instagram dan lain-lain, alhamdulillah masyarakat sekarang lebih mudah memberi kami informasi, mulai peduli,” tandasnya.

Menanggapi itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor, Dudih Sy i a r uddin menyayangkan perilaku tersebut. Dia menganggap kegiatan jual beli senjata tajam sudah melampaui batas dan masuk ranah kriminal. “Tugas mengawasi bukan hanya KPAI, tapi yang utama adalah keluarga.

Jadi, harus ada pendekatan secara khusus dengan anak zaman sekarang,” ucapnya. Dudih mengajak semua elemen masyarakat terlibat dalam pengawasan anak-anak.

Terlebih, ketika perilakunya sudah mengarah pada perbuatan kriminal, kepolisian diminta turut bertindak. “Tentu saja, semua pihak harus bisa mengantisipasi ini,” tandasnya. (rp1/c)