25 radar bogor

ATM ’’Tumbang’’ Dua Pekan

 

BOGOR–Satelit Telkom 1 jebol pada Jumat (25/8). Aki­batnya, ribuan ATM dan ratusan kantor kas bank tidak bisa beroperasi hingga kemarin (28/8). Ter­masuk ATM di Kota dan Kabupaten Bogor yang mengandalkan koneksi dari satelit bikinan Lockheed Martin tahun 1999 tersebut.

Pantauan Radar Bogor, sejumlah ATM di Kota Hujan mengalami gangguan seperti di ATM BCA Giant Yasmin. Pada layarnya terpampang tulisan, “Maaf ATM Offline/Error”. Sugianto, sekuriti Giant Yasmin mengatakan, di antara semua ATM yang ada, hanya ATM BCA yang mengalami offline.

“Sudah dari dua hari yang lalu offline. Kemungkinan pengaruh satelit yang rusak, tapi kan ada ATM Bank lainnya, biasanya langsung pindah,” singkatnya.
Nasabah Bank Mandiri Bogor turut merasakan derita ini. Dari total 430 ATM Bank Mandiri yang tersebar, 45 di antaranya tak beroperasi. “Hanya 10 persen (yang offline). Ibaratnya seperti ATM habis uang saja.

Jarak ATM satu dengan lainnya kan dekat, tidak bisa di ATM satu, bisa pindah ke ATM lain. Apalagi sekarang bisa saling ngisi, misalnya ada ATM BRI, BNI, kan ada ATM bersama juga,” ujar Vice President Mandiri Area Bogor, Azhari Fikri, kepada Radar Bogor kemarin (28/8).

Terlebih, sambung Fikri, dengan aplikasi Mobile Banking, nasabah akan lebih mudah melakukan transaksi. Hanya memang, jika nasabah mendesak membutuhkan uang tunai, mereka bisa langsung datang ke kantor Bank Mandiri.

“Kalau lamanya gangguan ATM kan bisa di-switch, pakai jalur mana yang bagus. Apalagi yang pinggiran-pinggiran kota saja yang kena, kalau kota besar tidak masalah, dan melihat gangguannya enggak signifikan, saya kira Bogor memakai jaringan lain, kan banyak alternatif lainnya,” kata Fikri, seraya menambahkan, gangguan tidak akan terlalu lama.

Meski ATM BNI tak terkena dampak rusaknya satelit, Divisi Pemasaran BNI Bogor, Aulie Salisia, mengaku pihaknya tetap siaga. Dan jika ATM BNI ke depannya ikut terdampak, pihaknya sudah menyiapkan langkah antisipasi. “Sudah tertangani oleh BNI Pusat. Enggak ada offline sih. Dari BNI Pusat paling hanya disuruh bersiap, berjaga-jaga saja, akan terjadi hal seperti ini, tapi langkah antisipasinya sudah dipersiapkan. Hanya monitor saja,” beber Aulie.

Berdasarkan data dari PT Telkom, ada 63 pelanggan yang masih bermasalah dengan gangguan itu. Mereka tengah menjalani proses migrasi dari Telkom 1 ke Satelit Telkom 2, Telkom 3S, plus satelit swasta.

Direktur Utama Telkom Alex Sinaga menyatakan, proses recovery selesai secara keseluruhan pada 10 September. ”Atas nama PT Telkom kami mohon maaf. Dari 15 ribu sites yang sedang dalam proses recovery dan migrasi, atau per hari sebanyak 1.500 sites. Saat ini sudah selesai migrasi mencapai 17 persen. Ditargetkan pada 10 September 2017 proses recovery sudah tuntas,” jelasnya dalam konferensi pers di Graha Merah Putih, kemarin (28/8).

PT Telkom menjelaskan, Jumat lalu (25/8) sekitar pukul 16.51 WIB, Telkom 1 menunjukkan anomali berupa pergeseran pointing antena. Pergeseran tersebut menyebabkan transponder, yaitu pemancar sinyal yang terkoneksi dengan radar darat, terganggu kinerjanya. Akibatnya, pemancaran sinyal yang terganggu tersebut membuat ATM perbankan berbasis very small aperture terminal (VSAT) yang selama ini mengandalkan sinyal dari satelit tersebut tidak dapat beroperasi.

Menurut catatan PT Telkom, satelit Telkom 1 memiliki 63 pelanggan dengan jumlah ground segment sekitar 15 ribu site. Ada delapan pelanggan penyedia VSAT yang menangani 12.030 site, dengan rincian, lembaga pemerintah, pelayanan publik seperti perbankan dan penyiaran, dan perusahaan swasta.

Dalam proses perbaikannya, Telkom telah menentukan prioritas pengerjaan. ”Lembaga-lembaga pemerintah yang menggunakan layanan satelit Telkom-1 merupakan prioritas paling utama. Berikutnya para pengguna yang melayani publik. Lalu, perusahaan-perusahaan yang berada di sektor privat,” tegas Alex.

Proses migrasi akan dilakukan dengan menyediakan 36 transponder pengganti untuk diarahkan ke satelit lain. Rencananya, satelit Telkom 2 dan satelit Telkom 3S bakal menampung 77 persen kapasitas pindahan dari satelit Telkom 1. Sisanya, sebanyak 23 persen bakal diakomodasi oleh satelit sewaan yang berasal dari negara lain.

Berdasarkan data, durasi misi Satelit Telkom 1 adalah 15 tahun dari sejak diluncurkan tahun 1999. Artinya, Satelit Telkom 1 seharusnya sudah tidak beroperasi pada 2014.

Lantas, mengapa satelit tersebut masih beroperasi? PT Telkom menyebutkan bahwa setiap tahunnya satelit-satelit Telkom mendapatkan pengawasan dan maintenance yang komprehensif dari Telkom dan Lockheed Martin, selaku produsen manufaktur Telkom 1. ”Ibarat manusia, satelit Telkom 1 ini tak pernah telat medical check up. Dan pada waktu 2014 itu telah dievaluasi dan konsultasi Lockheed Martin, hasilnya Satelit 1 dinyatakan masih dapat beroperasi normal dan masih mempunyai bahan bakar yang cukup hingga 2019,” ujar Alex.

Kepala Pusteksat Lapan Mujtahid tak sepakat dengan penjelasan Alex. Kenapa Telkom 1 bermasalah semata-mata karena faktor usia. Bukan gangguan cuaca antariksa ataupun hal lain.

”Kalau belajar dari pengalaman, satelit memasuki usia 15 tahun itu sudah waktunya regenerasi,” katanya kemarin.

Menurutnya, ada beberapa komponen satelit yang rentan tidak berfungsi jika sudah melewati batas usianya. Di antara yang paling riskan adalah panel surya. Panel ini merupakan alat vital untuk pengisian daya atau tenaga satelit. Jika panel ini mati, satelit yang berputar-putar di angkasa tidak bisa berbuat apa-apa.

Mujtahid menerima kabar bahwa operator Telkom 1 sudah berhasil membereskan masalah yang muncul. Namun, dia cukup sangsi. ’’Membereskan seperti apa?” katanya. Dia menegaskan bahwa satelit itu adalah benda yang mengorbit bebas di angkasa. Jika ada komponen yang rusak, sulit untuk dilakukan perbaikan.
PT Telkom sendiri mengaku sedang melakukan investigasi untuk mencari tahu apa yang menyebabkan Telkom 1 bermasalah. Juga mengevaluasi bila Telkom 1 tidak dipakai lagi. ”Tidak tertutup adanya kemungkinan satelit Telkom 1 tidak dapat beroperasi dengan normal kembali,” tambah Alex.

Selama masa recovery, Alex menjamin tidak akan memengaruhi data. Karena fungsi migrasi hanya berlaku sebagai konektivitas. Sehingga dia meyakinkan supaya para pelanggan tidak perlu khawatir. Telkom menegaskan, proses mi­grasi tersebut tidak akan ber­dampak apa-apa pada keraha­siaan dan keamanan data pelanggan.

”Telkom 1 hanya berfungsi sebagai perantara. Sehingga untuk keamanan data, itu ada di sisi database-nya. Dan perbankan pasti punya firewall sendiri. Ibaratnya, kalau ambil data dari transponder ya tidak bisa. Secara fungsi, Telkom 1 ini tidak ada bedanya dengan jaringan kabel,” beber Alex.

Disinggung mengenai kerugian, pihak Telkom mengaku belum menghitung kerugian dan masih akan berfokus pada pemulihan layanan. “Kerugian belum kami hitung. Tapi nanti pasti akan diin­fokan seputar potensi keru­giannya,” ujar Alex. Dia menutur­kan bahwa kontribusi bisnis satelit kepada pendapatan perusahaan masih tergolong kecil, yaitu 0,6 persen dari total pendapatan Telkom Grup.(agf/rin/byu/wan/ang/wil/d)