25 radar bogor

Kembalikan Kejayaan Jamu

BOGOR–Ramuan alami atau jamu masih mendapatkan tempat di hati masyarakat. Alasannya beragam. Mulai harganya yang terjangkau, khawatir dengan efek samping obat kimia, hingga khasiatnya yang dinilai lebih ampuh ketimbang obat dokter. Apalagi, sudah banyak temuan baru dari para peneliti natural medicine, seperti yang terangkum dalam International Symposium on Natural Medicines (ISNM) 2017 di IPB International Convention Center, kemarin (25/8).

Ketua Panitia ISNM 2017, Mohamad Rafi menuturkan, natural medicine dikenal secara umum di Indonesia adalah jamu. Tapi, yang ada di ISNM bukan hanya berbahan dari tumbuhan, bisa juga dari hewan ataupun lainnya. “Ini acara tahunan dari Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alam (Perhipba) Indonesia. Tahun ini, Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM-IPB menjadi tuan rumah, tahun depan di Surabaya. Di Bogor, tentang natural medicine baru pertama kali,” kata Rafi.

Simposium yang dilaksanakan selama dua hari itu, berisi pemaparan hasil penelitian dari sejumlah pembicara yang diundang. Mulai dari mahasiswa hingga peneliti, yang semuanya terkait dengan natural medicine. Sedikitnya ada 12 tema yang dipaparkan.

“Salah satunya yang bisa diekspos, untuk menyangkut obat herbal harus melihat semuanya dari hulu ke hilir. Mulai bagaimana menanam tumbuhan, mengambil bahan baku, kemudian sampai kepada pemasaran produk,” bebernya.

Dikatakannya, natural medicine masih memiliki pangsa pasar besar. Meskipun, Nyonya Meneer sebagai salah satu produsen jamu terkemuka di Indonesia, bangkrut. Di sisi, lain hal ini menandakan harus adanya kebijakan yang diambil pemerintah agar pro terhadap sumber daya alam.

“Di Indonesia sendiri, saya rasa orang-orang masih mengonsumsi obat herbal sebagai alternatif, preventif, menghalangi timbulnya penyakit, atau menyembuhkan ketika sakit, sebagai tambahan dari obat-obat konvensional,” ucap dia.

Rafi menambahkan, masalah yang tak kalah pelik adalah maraknya jamu abal-abal. Menurutnya, memang diperlukan suatu metode untuk membuktikan bahwasanya komposisi produk obat herbal yang dibeli sesuai dengan ingredient-nya. “Peran peneliti harus menemukan inovasi untuk menghasilkan produk atau juga menghasilkan mekanisme bagaimana obat itu bekerja.

Sehingga kita bisa klaim secara ilmiah, jadi, jamu itu tidak hanya berdasarkan info-info saja, tetapi juga riset yang memang berkhasiat mengobati atau mencegah penyakit ini,” tandasnya.(wil/c)