25 radar bogor

Disebar di Enam Daerah, Pastikan Daging Kurban Aman

SIAP BERTUGAS: Sebanyak 715 mahasiswa IPB akan dilepas di enam daerah untuk mengawasi jalannya pemotongan hewan kurban.

Menjelang Idul Adha, sudah menjadi agenda rutin Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) menerjunkan mahasiswa juga dosennya ke masyarakat. Mereka akan menjadi relawan yang memeriksa hewan kurban, sedari sebelum disembelih, saat disembelih, hingga daging kurban sampai ke tangan masyarakat. Mereka pun resmi dilepas kemarin (25/8).

Laporan: Wilda Wijayanti

Ketua Panitia Pemeriksa Kesehatan Hewan dan Daging Kurban, Ardilasuni Wicaksono mengatakan, tahun ini ada sebanyak 715 orang mahasiswa dan 55 dosen diterjunkan ke enam daerah sekaligus. Antara lain, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, DKI Jakarta, hingga Pulau Seribu dan Kota Bekasi.

“Ada penambahan, Kota Depok tahun lalu 70, sekarang 85. Lalu, Kota Bekasi sebelumnya 30 jadi 50. Jadi, memang banyak permintaan, kami sendiri tidak bisa memberikan lebih karena tidak ada mahasiswanya,” ujarnya.

Adapun mahasiswa yang dilepas, mulai dari semester 5 hingga profesi dokter hewan, yang semuanya diwajibkan untuk ikut sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Dia menjelaskan, tiap mahasiswa memiliki jangka waktu yang berbeda saat terjun ke masya­rakat memeriksa hewan.

Seperti yang dikirim ke Kabupaten Bogor dan Kota Bogor akan diberangkatkan H-1 hingga hari H. Lalu, DKI Jakarta dan Kota Bekasi di hari H saja. “Jadi, sebelum maha­siswa diberangkat­kan, kami akan mengadakan pelatihan. Terkait pemeriksaan sebelum hewan disembelih, setelah hewan disembelih, kira-kira penyakit apa saja yang harus diperhatikan,” ucapnya.

Dari ratusan mahasiswa yang diterjunkan, sambung Ardi, beberapa di antaranya ada yang berasal dari Malaysia. Hal tersebut memang tiap tahun terjadi, sebab FKH IPB memiliki program internasional. “Belajar dari sebelumnya, soal kasus-kasus pada hewan kurban yang cenderung parah, itu jarang bahkan hampir tidak ada.

Paling hanya cacing hati, mungkin ada beberapa hewan sakit, seperti meler hidungnya. Kasus biasa saja, tidak termasuk penting atau zoonosis,” tutur dia.
Dekan FKH IPB, Srihadi Agung menambahkan, pihaknya memahami bahwa pemotongan hewan kurban yang ideal adalah di rumah potong hewan (RPH). Namun, menjadi kebiasaan di setiap Idul Adha, banyak hewan yang dikurbankan yang kemudian dipotong di luar RPH dan ini memiliki risiko. “Pemotongan hewan yang baik adalah, hewan itu sehat dan dagingnya utuh dan halal,” jelasnya.

Sebanyak 715 mahasiswa yang diturunkan, kata dia, memang masih terhitung kurang dan belum mampu meng-cover seluruh area pemotongan yang akan dilakukan. Alhasil, tak heran jika satu mahasiswa akan memeriksa sekaligus di beberapa tempat. “Alhamdulillah masyarakat mulai paham untuk mendapatkan kepastian keamanan daging kurban tersebut, sehingga kedatangan mahasiswa juga dosen sangat diharapkan,” tandasnya.(*/c)