25 radar bogor

Dinda Mulia Utama Geluti Dekorasi Rumah

Membangun bisnis tak mesti dari sebuah keinginan. Terkadang, bisnis bisa bermula dari sebuah kelemahan. Bagaimana cara kita menerima dan membangkitkan kelemahan menjadi sebuah peluang bisnis yang dapat menguntungkan. Seperti dialami Dinda Mulia, yang bersuami buta warna parsial dan kesulitan naik ke jenjang lebih tinggi dalam pekerjaan, membuat Dinda bersemangat membangkitkan suaminya untuk tak menyerah dengan keadaan.

Ya, di balik kesuksesan seorang suami pasti ada seorang istri yang mendukung. Karena dukungan seorang istri menjadi salah satu faktor keberhasilan suami, seperti Dinda Mulia Utami menikah dengan Dani Surahman pada 12 Desember 2012.

Karena sulit berkembang, suaminya memutuskan resign. Namun karena kelemahan sang suami, ia pun sulit mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan lagi.

Akhirnya, kisaran 2012, Dinda dan suami memulai usaha dengan berjualan kerudung di salah satu mal di Kota Bogor. Setelah tiga tahun berjalan, harga sewa semakin naik,  dia pun memutuskan berhenti. Setelah sempat bingung berbisnis apa, Dinda dan suami dihubungi salah satu keluarga dekat untuk diajak bekerja sama membangun bisnis, dengan diberikan modal cukup besar.

Karena Dinda berasal dari keluarga yang suka mengganti furniture dan berganti-ganti dalam mendekor rumah, akhirnya Dinda mencari-cari yang bisa dijadikan peluang bisnis. Dinda pun menemukan mesin CNC (computer numerical control), jika di luar negeri mesin tersebut bisa digunakan membuat dekorasi seperti huruf timbul. Dari situ, Dinda berencana membuka bisnis dekorasi, karena dulu masih sedikit yang membuka usaha tersebut.  Akhirnya, Dinda  membuat pajangan untuk dekorasi rumah.

Untuk mendukung bisnisnya, Dinda membeli mesin tersebut. Kendati tak memiliki pengetahuan dan keterampilan mendekor, karena niat kuat belajar dan berusaha, sehingga Dinda tidak pantang menyerah dalam belajar dengan memanfaatkan internet dan media sosial. Pertama kali yang dibuat adalah akrilik untuk dekorasi, karena bahan mahal dan pertimbangan lainnya, akhirnya Dinda menghentikan produksi menggunakan akrilik.

Setelah itu, Dinda mencoba memakai bahan dasar kayu kamper. Karena harganya mahal juga, diganti lagi menjadi kayu MDF. Namun lagi-lagi, kayu MDF  ternyata dapat mengganggu kesehatan dan cepat berjamur, akhirnya diganti bahan dasarnya menjadi aluminium meski juga berbahaya.

Satu tahun pertama Dinda tidak langsung berjualan, lebih kepada mencoba dan memantapkan usaha sebelum digunakan konsumen. Setelah bingung memilih bahan dasar yang akan digunakan, akhirnya Dinda memutuskan pakai kayu plywood dan jati Belanda. Setelah tes pasar melalui media sosial,  ternyata minat masyarakat sangat besar dengan dekorasi berbahan dasar plywood dan kayu jati Belanda. (cr6/c)