25 radar bogor

Apresiasi Tiga Tokoh Pencak Silat

CINTA BUDAYA: Saresehan Budaya Tatar Sunda Jawa Barat memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh Pencak Silat di Botani Square, kemarin (19/8)
CINTA BUDAYA: Saresehan Budaya Tatar Sunda Jawa Barat memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh Pencak Silat di Botani Square, kemarin (19/8)

BOGOR–Maraknya budaya asing yang masuk ke tanah Pasundan, membuat Padepokan Sangsaka Buana mengadakan Saresehan Budaya Tatar Sunda Jawa Barat, kemarin (19/8). Gelaran sarasehan di Botani Square ini untuk mengingatkan masyarakat terhadap budayanya sendiri. Kegiatan ini dihadiri para budayawan se-Jawa Barat dari 27 perwakilan kota dan kabupaten.

Ketua panitia, Nandang Suherman menilai masyarakat lebih tertarik kepada seni bela diri asing daripada bela diri khas daerahnya sendiri, khususnya pencak silat. Menurutnya, masyarakat jangan sampai tergiur dengan seni bela diri asing hingga lupa dengan seni bela diri daerahnya sendiri.

“Sarasehan Budaya Tatar Sunda ini untuk menyatukan suku Sunda berkonsolidasi agar betul-betul mencintai budaya Sundanya. Lebih baik belajar dan mengembangkan seni bela diri kebudayaan sendiri khususnya pencak silat,” kata Nandang.

Sarasehan Budaya Tatar Sunda bertemakan “Lembur Matuh, Dayeh Maneuh, Banjar Karang Pamindangan” ini dibawakan beberapa budayawan seperti Ki Jatnika Nanggamiharja, Ki Wahyu, Wawan Faturachman dan Prof. Syarif Bastaman.

Selain itu juga ada penyerahan penghargaan kepada tiga tokoh pencak silat dunia dari Suriname, Jepang, dan Malaysia yang hadir sebagai tamu kehormatan pada kegiatan tersebut.

Ketiga tokoh tersebut di antaranya Kyoko Soda dari Jepang; Ammar Randi van Zichem dari Suriname, dan Hj Jumaat Hj Ibrahim dari Malaysia. Mereka merupakan tokoh yang berperan dalam mengenalkan pencak silat ke kancah internasional.

“Mereka menekuni pencak silat ilmu Cimande lalu membesarkan, mengem­bangkannya di negara mereka. Makanya mereka ini patut diberi penghargaan,” imbuhnya.

Wakil Ketua Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jawa Barat, Helmi Sutikno mengapresiasi peran ketiga tokoh ini. Menurutnya tokoh-tokoh ini berjasa membesarkan Pencak Silat. “Biasanya hanya gelaran atraksi drama pencak silat. Kali ini bincang-bincang seputar budaya khususnya Sunda, ini baru pertama kali,” paparnya.

Helmi juga mengungkapkan pentingnya budaya dalam suatu negara. Menurutnya, negara tanpa budaya itu tidak ada apa-apanya sehingga budaya harus dikembangkan.

“Budaya harus menjadi pemicu kebersamaan. NKRI itu satu. Adanya budaya, NKRI tak bisa digoyahkan,” kata Helmi. Ia juga mengimbau kepada para budayawan untuk bersinergi dalam menjaga dan melestarikan budaya di Jawa Barat khususnya pencak silat.

Sementara itu, atraksi pencak silat dibawakan beberapa pesilat dari pesilat cilik hingga beberapa sesepuh seperti Mayor Jenderal Eddy N. Nalapraya, Bapak Pencak Silat Dunia dan Ki Jatnika, ketua umum Padepokan Sangsaka Buana yang menjadi penghibur sebelum sarasehan dimulai.(pkl5/c)