25 radar bogor

Tak Ada Lagi Hummer dan Porsche

JAKARTA–Ke mana larinya uang jamaah First Travel senilai Rp550 miliar tidak hanya diketahui Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan. Kiki Hasibuan, komisaris dan manajer keuangan First Travel sekaligus adik Anniesa, juga diduga mengetahuinya. Sayang, hingga saat ini Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) belum meminta keterangan perempuan bernama asli Siti Nuraidah Hasibuan tersebut.

[ihc-hide-content ihc_mb_type=”block” ihc_mb_who=”unreg” ihc_mb_template=”3″ ]

Agen First Travel berinisial DH menuturkan, sebenarnya operasional dari First Travel itu dikendalikan tiga orang, selain Andika dan Anniesa juga ada Kiki Hasibuan. Kiki ini adik kandung Anniesa yang menjadi komisaris dan manajer keuangan di perusahaan yang diduga menjalankan skema ponzi tersebut. ”Kiki ini yang aktif dalam grup agen untuk menawarkan dan memberikan penjelasan untuk setiap paket umrah,” tuturnya.

Kiki juga menjadi orang yang aktif dalam mengarahkan para agen untuk bisa menggaet jamaah. Terdapat sebuah grup khusus agen First Travel yang dijalankannya. Setiap pertanyaan dari agen, Kiki yang meresponnya. ”Kalau ada yang protes-protes, Kiki ini juga yang mengeluarkan dari grup tersebut. Dia adminnya,” tuturnya.

Gaya hidup dari Kiki juga semewah Anniesa. Kerap kali dia mengunggah foto yang menunjukkan kekayaannya. Dalam salah satu foto, tampak Kiki sedang bergaya di depan sebuah mobil BMW Z4 yang ditaksir harganya hampir menyentuh Rp1 miliar. ”Ini lihat fotonya, mobilnya mewah,” keluhnya sembari mem­perlihatkan foto Kiki.

Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto mengakui bahwa saat ini sedang mendata aset berupa tanah dan rumah yang dimiliki Andika dan Anniesa Hasibuan. ”Ada banyak rumahnya, saya gak hafal,” tutur mantan Wakabaintelkam tersebut.

Sementara Kuasa Hukum First Travel Eggi Sudjana mengakui sejauh ini kedua kliennya sama sekali beum bercerita kemana uang jamaah tersebut. ”Termasuk kemungkinan adiknya Anniesa, Kiki mengetahuinya. Saya belum bisa jelaskan banyak soal uangnya,” ungkapnya.

Rencananya, dalam waktu dekat Andika dan Anniesa akan melakukan gugatan praperadilan atas penetapan tersangka Hal tersebut dikarenakan kasus tersebut seharusnya masih dalam ranah perdata, bukan dalam wilayah pidana. Namun, dipotong oleh Kemenag dengan mencabut izin sekaligus disambut dengan penetapan tersangka dari Bareskrim.

Pantauan Radar Bogor kemarin, kediaman Andika dan Anniesa di Sentul, Kabupaten Bogor terlihat sepi. Warga sekitar yang enggan disebutkan identitasnya mengungkap, bos First Travel itu memang kurang bersosialisasi dengan warga. Terlebih, sebelum kasusnya mencuat, banyak petugas keamanan menjaga rumah mewah tersebut. “Saya cuma sering lewat saja di depan kediamannya setiap olahraga pagi, kalau orangnya sendiri saya belum lihat,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Meski demikian, ia sempat melihat ke dalam rumah pada saat pembangunan empat tahun silam. Saat bercakap dengan seorang pemasang gorden, ia terkejut sebab harga gordennya mencapai Rp700 juta.

“Dia bangun sendiri rumah ini dari nol selama kurang lebih setahun, karena sebelumnya ini hanya kavling. Di belakang ada kolam renang dan ubinnya dari marmer berukuran besar,” akunya.

Ia melanjutkan, pasutri bos First Travel itu sudah menempati bangunan sejak tiga tahun lalu. Sejak itu, mulai terlihat banyak mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya. Tak hanya mobil, bahkan setiap pagi ia sering melihat sopir mencuci mobil-mobilnya dan petugas keamanannya yang selalu berjaga. Diperkirakan sekitar 15 hingga 20 orang. “Sebelum ada kasus ini, ada banyak mobil terparkir di depan rumahnya seperti Hummer, Alphard, Rubicon, Pajero, Mercedes Bens Sport dua pintu, Porsche dan yang lainnya” terangnya.

Tapi ketika kasusnya mulai diberitakan media, sambungnya, kondisi yang biasanya ia lihat secara drastis berubah. Mulai dari mobil yang hilang tak lagi parkir di depan rumahnya hingga petugas keamanan dan tukang kebunnya juga tak lagi bertugas. “Itu kurang lebih sejak sebulan terakhir. Warga juga tidak ada yang mengenal dekat,” tukasnya.

Sementara itu, Plt Sekretaris Desa Sumurbatu Ade Nuryadi mengaku baru mengetahui jika salah seorang warga yang tinggal di lingkungannya tersandung kasus hukum yang cukup besar. Sebab, administrasi kependudukan di lingkungan tersangka tinggal cukup sulit. Terlebih penjagaan di kediamannya cukup ketat.

“Kalau administrasi kependudukannya desa hanya mengetahui. Jadi, kesibukan beliau saya sendiri kurang paham. Lagi pula saya juga baru tahu informasi ini. Ketua RT dan RW belum ada yang melapor ke desa,” ungkapnya.(idr/rp2/cr1/d)

[/ihc-hide-content]