25 radar bogor

Belum Setahun 333 Bencana

SIAGA BENCANA: Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy hadir dalam legiatan Halal Bihalal Potensi SAR Lintas Komunitas, di Mako Brimob Resimen II Pelopor Kedung Halang Bogor, kemarin (13/8).
SIAGA BENCANA: Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy hadir dalam legiatan Halal Bihalal Potensi SAR Lintas Komunitas, di Mako Brimob Resimen II Pelopor Kedung Halang Bogor, kemarin (13/8).

BOGOR – Berdasarkan data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, terhitung sejak Januari–April 2017, tercatat bahwa Jawa Barat telah mengalami 333 kali bencana. Yaitu, bencana tanah longsor 136 kali, banjir 67 kali, angin puting beliung 58 kali, kebakaran 68 kali, gempa bumi 3 kali, dan gelombang pasang 1 kali.

Adapun, bencana tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak 11 orang, 4 orang hilang atau belum ditemukan, 38.820 orang luka, dan sebanyak 1.268 orang mengungsi. Sedangkan kerusakan fisik berupa rumah, mulai ringan hingga berat, jumlahnya sebanyak 7.995 rumah, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp18 miliar.

Berangkat dari hal-hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengajak masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan terhadap segala kemungkinan bencana yang bisa terjadi.

“Mengingat terjadinya bencana yang disebabkan oleh faktor alam atau non-alam merupakan peristiwa yang sulit untuk diperkirakan secara tepat dan pasti. Makanya, kita harus tingkatkan kesiapsiagaan, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan bencana,” ungkap Deddy Mizwar pada acara Halal Bihalal Potensi SAR Lintas Komunitas, di Mako Brimob Resimen II Pelopor Kedung Halang Bogor, kemarin (13/8).

Kesiapsiagaan, kata Deddy, harus dilakukan dengan terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, mulai tahap prabencana, pada saat terjadi bencana, sampai dengan pascabencana. Termasuk dengan menambah dan memperkuat kampung-kampung siaga bencana, sehingga dampak risiko dapat diminimalisasi.

“Dengan demikian, kesiapsiagaan terkait sumber daya dan peralatan menjadi sebuah keniscayaan, agar kita semua dapat memberikan respons secara cepat dan tepat,” imbuhnya.

Terutama, sambungnya, pada masa tanggap darurat atau 72 jam pertama yang meliputi pendataan secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan kepada kelompok rentan, serta upaya pemulihan prasarana dan sarana vital.

Maka, selain peningkatan upaya kesiapsiagan, kepedulian terhadap lingkungan pun perlu terus disosialisasikan. Terlebih, kata Deddy, bila melihat Jawa Barat sebagai provinsi yang punya potensi tinggi untuk terjadinya bencana.Dari 135 pergerakan tanah yang terjadi di Indonesia, 111 di antaranya terjadi di Jawa Barat,” ungkapnya.

Maka, selain peningkatan upaya kesiapsiagan, kepedulian terhadap lingkungan pun perlu terus disosialisasikan. Terlebih, kata Deddy, bila melihat Jawa Barat sebagai provinsi yang punya potensi tinggi untuk terjadinya bencana.Dari 135 pergerakan tanah yang terjadi di Indonesia, 111 di antaranya terjadi di Jawa Barat,” ungkapnya.

Deddy menuturkan, semakin bertambahnya jumlah penduduk serta pembangunan yang pesat. Maka, pembangunan yang ada perlu memperhatikan daya dukung lingkungan.Itu ditentu­kan oleh kapasitas alam dalam menyediakan sumber daya, dan ruang bagi kelang­sungan hidup manusia serta makhluk lainnya, sehingga diperlukan kelestarian alam untuk menjaga­nya. “Sudah daerah ben­cana tinggi, kita jangan mengabaikan daya dukung lingkungannya,” tandasnya.(rp1/*)