25 radar bogor

Konsumsi Rumah Tangga Melambat

Pasca pandemi, penjualan mobil kembali mengalami kenaikan meski belum terlalu signifikan.
MELAMBAT: Pameran otomofif menghadirkan beragam jenis mobil belum lama ini. Namun, penjualan mobil turun cenderung menurun lantaran ada indikasi menahan belanja. Di sisi lain pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2017 melambat disebabkan karena libur sekolah dan libur panjang pada Juli lalu.

JAKARTA–Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang triwulan II 2017 tercatat sebesar 5,01 persen. Angka tersebut sama dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2017. Sedangkan pada konsumsi rumah tangga melambat dan hanya tumbuh 4,95 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, dari sisi produksi, pertumbuhan didorong hampir semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,88 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) yang tumbuh sebesar 8,49 persen.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2017 didominasi kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Indonesia, yakni sebesar 58,65 persen. ”Kontribusi itu diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,69 persen dan Pulau Kalimantan sebesar 8,15 persen. Sementara pertumbuhan tertinggi dicapai Pulau Sulawesi,” ujarnya di Jakarta, Senin (7/8).

Tak hanya itu, BPS juga mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat pada kuartal II-2017 yang hanya tumbuh sebesar 4,95 persen. Periode yang sama tahun lalu ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas lima persen, tepatnya 5,07 persen.

Bila dibanding dengan kuartal sebelumnya, ekonomi sepanjang kuartal II 2017 tumbuh tipis. Pada kuartal I-2017, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,94 persen. ”Kuartal II-2017 ini pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat sebesar 4,95 persen,” jelasnya. Jika secara year on year (yoy), pertumbuhannya mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Pada kuartal selanjutnya juga mengalami penurunan menjadi 5,01 persen. Kuartal IV-2016 turun menjadi 4,99 persen dan sampai di kuartal I-2017 turun menjadi 4,94 persen.

Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga disebabkan fenomena Ramadan dan Idul Fitri pada kuartal II-2017. Selain itu, ada faktor libur sekolah dan libur panjang yang mencapai 39 hari.

Lebih lanjut Suhariyanto menyebut jika kalangan menengah atas banyak menahan belanja saat daya beli tengah membaik. Penyebabnya, ketidakpastian dari ekonomi
global.

”Sementara untuk kelas menengah ke atas, kalau dilihat transaksi debit masih cukup tinggi, meskipun agak melambat, tetapi ada indikasi persentase yang ditampung lebih tinggi, bukan daya beli turun,” bebernya.

Meskipun mobil turun, diakuinya ada indikasi menahan belanja, faktor psikologis yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi ke depan terhadap ekonomi global.

Selain itu, ada pola pergeseran belanja kalangan menengah atas dari model tradisional ke daring (online). Untuk kalangan menengah bawah, belum ada pola
pergeseran belanja tersebut. ”Angka riset belum menunjukkan angka pasti, tapi itu totalnya kecil, angka PDB pada produksi dan konsumsi. Kalau produksi 100 dijual itu 100, ini me­nun­jukkan angka konsumsi rumah tangga daya beli masih bagus, ada pergeseran tapi masih kecil,” terangnya.(cr4/jpc)