25 radar bogor

IPB Ciptakan Beras Ramah bagi Penderita Diabetes

KREATIF: Peneliti IPB mencoba meningkatkan mutu beras yang ramah bagi penderita diabetes.
KREATIF: Peneliti IPB mencoba meningkatkan mutu beras yang ramah bagi penderita diabetes.

Bagi orang Indonesia, nasi adalah penganan wajib di meja makan. Bahkan ada anggapan bahwa, belum makan kalau belum makan nasi. Padahal tanpa kita sadari, nasi atau beras memiliki indeks glikemik yang tinggi sehingga rawan bagi penderita diabetes. Karena itu, peneliti dari IPB berusaha menciptakan beras yang ramah bagi penderita diabetes dan obesitas.

Laporan: Wilda Wijayanti

Adalah Rokhani Hasbullah, Esa Ghanim Fadhallah, Deva Primadia Almanda, Sutrisno Koswara, dan Memen Surahman yang melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu dan menurunkan indeks glikemik dari beras sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita diabetes dan obesitas.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji teknologi pengolahan beras pratanak terintegrasi dengan penggilingan padi kecil dan menganalisis kelayakan usaha pada industri pengolahan beras pratanak.

Pasalnya, dari data yang mereka miliki, penggilingan padi di Indonesia yang mencapai 110 ribu unit sebagian besar didominasi penggilingan padi kecil (PPK). “Sementara penggilingan padi besar (PPB) tidak lebih dari 5 persen. Kondisi penggilingan seperti itu menghasilkan beras dengan rendemen dan mutu rendah,” ujar Rokhani.

Dia menjelaskan, pada proses peng­gilingan tersebut kandungan gizi yang terdapat pada lapisan bekatul terbuang pada proses penyosohan (pemutihan). Akibatnya banyak komponen gizi yang terbuang, maka persentase karbohidrat beras sosoh menjadi tinggi. Hal ini menyebabkan nilai indeks glikemik (IG) beras menjadi tinggi dengan meningkatnya persentase karbohidrat.

“Indeks glikemik pangan merupakan tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula darah. Konsep IG menegaskan bahwa tidak semua karbohidrat baik untuk kesehatan termasuk karbohidrat yang bersumber dari beberapa jenis beras. Dilihat dari efek IG tersebut maka IG rendah merupakan jenis pangan yang cocok untuk penderita diabetes dan melitus (DM),” paparnya.

Dikatakannya, beras selama ini dikenal sebagai bahan pangan yang memiliki IG tinggi yaitu bersifat hiperglikemik. Hal ini yang menyebabkan jumlah konsumsi beras atau nasi dibatasi pada penderita diabetes melitus.

“Beberapa alternatif pangan pokok bagi penderita DM, antara lain, beras pecah kulit, merah dan hitam. Permasalahan utama dari beras pecah kulit adalah kualitasnya cepat menurun. Sedangkan beras merah dan hitam memiliki keterbatasan bahan baku dan hanya di tanam pada daerah tertentu,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, tingginya IG dapat ditangani dengan melakukan pengolahan beras pratanak pada gabah untuk menghasilkan beras pratanak. Beras pratanak memiliki nilai IG rendah sehingga aman dan dapat dijadikan alternatif pangan pokok bagi penderita diabetes.

“Metode penelitian yang dilakukan, yaitu gabah kering giling (GKG) varietas Ciherang diolah menggunakan unit pengolah beras pratanak hasil rancang bangun. Setelah itu dianalisis mutunya yang meliputi analisis proksimat dan indeks glikemik,” jelas dia lagi.

Dirinya menyebut, pengem­bangan usaha beras pratanak dilakukan dengan merumuskan strategi bisnis menggunakan business model canvas (BMC) dan kelayakan usaha dianalisis berdasarkan parameter net present value (NPV), internal rate of return (IRR), benefit cost ratio (BCR), dan payback period (PBP). “Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit pengolahan beras pratanak telah beroperasi pada kapasitas 200 kg/batch dan menghasilkan produk beras pratanak dengan kualitas yang lebih baik dan memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan beras sosoh,” pungkasnya.

Kemudian dirinya menambah­kan, hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar 37,1; nilai IRR sebesar 31,46 persen; BCR sebesar 1,34; dan PBP sebesar 2,4 tahun dibawah waktu proyek yang ditentukan, yaitu 3 tahun. Berdasarkan analisis finansial tersebut mengindikasi­kan bahwa usaha beras pratanak layak dijalankan. (*/c)