25 radar bogor

Petakan Kebutuhan Riil Anak Indonesia

SETELAH program mobile planetarium berjalan, Ilmuwan Muda Indonesia (IMI) mengembangkan Akademi Sains Anak (ASA) Indonesia. Selama 3–6 bulan, anak-anak dilatih mengembangkan sikap ilmiah. Di antaranya jujur, kritis, teliti, objektif, berani gagal, dan peduli orang lain. Selanjutnya, untuk menunjang ASA, sejak awal 2017 IMI mengembangkan Laboratorium in the Box (Lab). Itu adalah kotak yang bisa bertransformasi menjadi laboratorium mini.

Bentuknya seperti meja knockdown berbahan kayu solid ringan sehingga mudah dikirim ke mana-mana. Di dalamnya berisi alat-alat dan bahan untuk menghasilkan 100 eksperimen. Dilengkapi buku panduan. Contohnya, membuat roket dari baking soda dan larutan cuka. Menghasilkan listrik dari kentang atau lemon. Bahan-bahan dan peralatannya mudah, bisa ditemukan di sekitar.

’’Critical thinking anak dilatih. Kalau di buku panduan dengan air panas, misalnya, bagaimana jika menggunakan air dingin? Contoh lain, lemon diganti apel, mangga. Jadi, dari 100 eksperimen bisa berkembang jadi 1.000 eksperimen,’’ papar Kartika.

Laboratorium mini tersebut berfungsi sebagai alat peraga pendidikan. IMI melengkapinya dengan program pelatihan untuk para guru. Banyak orang tua yang tertarik dengan konsep itu. IMI lantas membuat versi individu, little box. Tahun ini IMI menggodok platform digital untuk menghubungkan masyarakat yang concern mendukung pendidikan dengan sekolah, tenaga pendidik, komunitas, dan siswa.

Contohnya, ada sekolah luar biasa yang ingin membuat board game sains untuk penyandang tunanetra. ’’Mereka bisa posting di platform kami, sehingga masyarakat bisa melihat bila ingin mendukung,’’ kata Firly.

Apa pun kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan akan terhubung di platform digital tersebut. ’’Dengan begitu, kita punya data riil apa yang dibutuhkan sektor pendidikan di pelosok Indonesia sekalipun. Dan, alokasi bantuan lebih tepat guna,’’ ujarnya.(nor/c19/ayi)