25 radar bogor

Tokoh dan Warga Bogor Berbagi dalam Keberagaman

KAMI INDONESIA: Para tokoh dari berbagai keyakinan menyatu dalam kebersamaan. Mereka berbaur, melebur menjadi satu dalam acara buka puasa bersama di Vihara Dhanagun, kemarin (14/6). Acara tersebut tak hanya dihadiri umat muslim, tapi juga pemeluk agama lain.

BOGOR–Ada yang berbeda di Vihara Dhanagun sore kemarin (14/6). Puluhan orang dari berbagai kalangan ber­kumpul di vihara Jalan Surya­kencana, Kota Bogor itu. Mereka di antaranya Komunitas Bogor+Sahabats (Bobats), Muspida, tokoh masyarakat, tokoh lintas agama, dan masyarakat umum.

Komandan Korem/061 Surya­kancana Kolonel Inf Mirza Agus sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia mengatakan, warga Bogor dari berbagai macam suku, agama dan budaya dapat ber­kumpul dalam rangka memaknai bulan Ramadan dengan cara buka puasa bersama.

“Ini sudah diinisiasi oleh bapak Guntur Santoso (tokoh masyarakat) mungkin sejak tiga tahun lalu. Saya mengenal beliau sejak sembilan tahun lalu. Beliau sangat komunikatif dengan seluruh komponen masyarakat yang ada,” ujar Mirza kepada Radar Bogor.

Kegiatan seperti itu, kata dia, belum pernah ditemuinya di tempat bertugas sebelumnya, seperti di Sumatera, Jawa Tengah, maupun tempat lainnya. Mirza berharap, di saat kondisi yang dilanda berbagai macam isu yang kurang baik selama ini dapat ditepis dengan kebersamaan. “Kita masyarakat Bogor menunjukkan bersatu padu dalam bentuk apa pun untuk mewujudkan kegiatan itu secara bersamaan,” tuturnya.

Sementara itu, CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu dalam tausiyahnya mengatakan, Islam adalah agama yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, laki-laki atau perem­puan. “Islam menganggap manusia itu sama saja, tidak ada perbedaan di hadapan Allah SWT kecuali mereka yang bertakwa,” ujar Hazairin.

Satu-satunya instrumen yang paling penting untuk mengukur seseorang itu baik atau tidaknya adalah apakah dia bertakwa atau tidak. “Hanya satu instrumen itu. Tidak penting dia warga keturunan apa pun. Penting bagi Allah SWT adalah siapa yang bertakwa di antara kalian. Itu satu hal,” sambungnya.

Menurut Hazairin, keberagaman menjadi satu kekuatan besar, tidak hanya di Indonesia. “Indonesia terbangun atas keberagaman besar itu. Indonesia tidak mungkin ada kalau tidak ada keberagaman ini,” tuturnya.

Keberagaman menjadi aset yang luar biasa untuk keberlangsungan bangsa ini di masa-masa yang akan datang. “Ini yang disebut dengan toleransi kita dalam kehidupan sosial dan berbangsa,” terangnya.

Salah satu pengurus Komunitas Bobats Harlan Bengardi menambahkan, kegiatan buka puasa bersama merupakan satu momentum atau satu gerakan yang ingin menciptakan hal-hal keberagaman dengan sikap saling menghormati.

“Kita hidup di Indonesia dengan prinsip hidup Pancasila dan memang sudah mencakup unsur kehidupan. Selayaknya kita sebagai warga Indonesia tidak hanya memandang Pancasila sebagai seremonial saja, tetapi memang harus kita menghayatinya,” jelasnya.

Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman yang juga hadir dalam kegiatan tersebut mengungkapkan, Kota Bogor merupakan kota majemuk. Namun, toleransi di Kota Bogor sangat tinggi dan kondusif. ”Maka, kegiatan kepe­dulian sosial yang dilaksanakan oleh siapa pun, mereka meng­hargai umat Islam untuk berbagi, mereka juga turut berbagi untuk meringankan masyarakat yang ada di sekitar Vihara Dhanagun. Ini hal yang positif dan harus menjadi contoh untuk yang lain,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Habib Novel menuturkan, Ramadan merupakan momentum untuk saling berbagi kasih dan cinta. “Inilah momentum yang tidak dimiliki negara lain dan seperti inilah kekuatan Indonesia,” tegasnya.(rp2/c)