25 radar bogor

Konsumsi Korbohidrat Kompleks

BULAN puasa telah tiba. Tubuh perlu menyesuaikan diri agar tetap prima saat berpuasa. Jadi, sangat perlu mengetahui menu apa saja yang tepat saat awal puasa.

Nutrisionis atau Ahli Gizi Triyani Kresnawan mengatakan, pada prinsipnya makan pada bulan puasa tetap harus seimbang, dalam arti sesuai kebutuhan.

Ia menyesalkan sebagian pola masyarakat, yang saat berbuka dan sahur justru dilakukan berlebihan.Dengan cara sekenyang- kenyangnya, sehingga asupan melebihi kebutuhan, terangnya.

Pakar Gizi Andrianto menambahkan bahwa tiga hari pertama merupakan penyesuaian tubuh dengan kebiasaan yang baru. Tubuh akan mulai beradaptasi. Biasanya makan dengan bebas, kini pada jam tertentu harus menahan makan dan minum, ucap Andri.

Dia menyarankan untuk memperhatikan menu saat hari-hari pertama puasa. Menu seimbang dan banyak minum sangat disarankan.  Jangan terlalu banyak makan agar perut tetap nyaman, katanya.

Jenis karbohidrat kompleks sangat baik di awal puasa. Misalnya, beras merah, gandum, dan oat. Karbohidrat kompleks itu merupakan jenis karbohidrat yang tidak bisa langsung dicerna oleh tubuh untuk menjadi glukosa. Dengan demikian, perut tidak mudah lapar.

Namun, Andri memberikan catatan pada penderita mag untuk tidak mengonsumsi beras merah karena akan mengganggu lambung. Beras merah itu memang lebih baik bagi orang yang tidak punya masalah di pencernaan, tuturnya.

Karbohidrat memang bagus untuk menjaga tubuh agar tidak lemas saat berpuasa. Glukosa yang dihasilkan akan menstabilkan kadar gula di dalam darah. Jika glukosa rendah, tubuh bisa jadi lemas yang akhirnya berpengaruh pada performa kerja saat puasa.

Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah protein dalam makanan. Setiap sahur hendaknya memperhatikan kandungan protein.

Protein bisa didapat dari hewan maupun tumbuhan. Dari hewan, contohnya pada daging dan ikan. Pada tumbuhan, protein terdapat pada kacang-kacangan. Protein hewani dan nabati harus seimbang. Bisa masing-masing 50 gram, ucap Andri.

Susu tidak disarankan dikonsumsi saat sahur. Sebab, bisa jadi menimbulkan kantuk.  Zat dalam susu itu perlu. Jadi, lebih tepat dikonsumsi malam sebelum tidur, ungkapnya.

Bagi mereka yang memiliki diabetes melitus, puasa tetap bisa dijalankan. Yang penting, gula darahnya terkontrol dan sudah dikonsultasikan dengan dokter.

Makanan yang dikonsumsi tidak jauh berbeda dengan hari biasa.  Misalnya, dia menjalankan diet DM 1.500 kalori. Ya, kalau puasa, tetap itu yang dikonsumsi. Hanya waktunya yang diubah, jelasnya.

Jumlah kalori tersebut dibagi saat sahur 40 persen, buka puasa 50 persen, dan bisa ditambahkan satu kali lagi 10 persen sekitar satu jam sebelum tidur. Tidak jauh beda dengan orang normal, karbohidrat kompleks menjadi pilihan utama agar glukosa bertahan lama di tubuh.

Dia juga mengingatkan orang- orang DM untuk tidak tertipu dengan sup buah saat berbuka. Meski terlihat sehat, ada bahaya tersembunyi di baliknya.

Biasanya, kan ada sirup dan gula. Itu kan kandungan gulanya tinggi, terangnya. Jika masih ingin mengonsumsi, sebaiknya pilih salah satu. Cukup ditambahkan sirup atau gula. (wil/ind)