25 radar bogor

Persiapan Puasa Penderita Diabetes

Bulan Suci Ramadan beberapa hari lagi. Momen besar bagi umat muslim itu tentu pantang dilewatkan. Tapi, tak semua orang diberkahi kesehatan optimal. Ada yang mesti mengonsumsi obat pada jam-jam tertentu. Salah satunya penderita diabetes. Bagaimana mereka berpuasa?

DIABETES melitus atau DM terbagi menjadi dua. Yakni, DM tipe I dan DM tipe II. Perbedaannya ada pada pencetusnya. DM tipe I disebabkan kelainan genetik. ’’Istilahnya, dari sananya, pabrik insulinnya sudah korslet. Produksinya tidak bisa otomatis dan menyesuaikan kebutuhan tubuh,’’ ungkap dr Diana SpPD.

Sementara itu, DM tipe II merupakan kasus diabetes yang muncul karena pola hidup kurang baik. Menurut kesepakatan Pengurus Besar PerhimpunanDokter Spesialis Dalam Indonesia (PB PAPDI), DM tipe I disarankan tidak melaksanakan puasa. Sebab, mereka bergantung pada suntik insulin. Sedangkan penderita DM tipe II bisa melaksanakan puasa dengan syarat pasien stabil dan gula darah terkontrol.

’’Amannya, sebelum puasa memang disarankan periksa. Syaratnya, gula darah di antara 150–300 mg/dl, hasil pemeriksaan hbA1c kurang dari 7 persen,’’ kata Diana. Diana memaparkan, pengobatan harus tetap jalan, tapi dosis dan jadwalnya diatur ulang. Sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter. Biasanya pemberian obat oral dibagi ketika buka, sebelum tidur, dan ketika sahur.

Hal itu juga berlaku untuk pasien yang bergantung pada suntik insulin. ’’Dua pertiga dosis suntikan diberikan saat buka, sepertiga dosis saat sahur,’’ tegasnya.

Namun, Diana menegaskan, umumnya pasien yang mendapat resep obat dengan jadwal lebih dari tiga kali sehari bakal menerima dosis atau jenis obat yang berbeda. ’’Harus konsultasi untuk dosis dan jenis. Pasien bisa jadi disarankan tidak puasa jika dosisnya tidak mungkin diberikan selama buka hingga sahur,’’ lanjut Diana.

Menurut spesialis penyakit dalam yang berpraktik di RKZ Surabaya itu, selama puasa, diet sehat dan olahraga wajib dilaksanakan. ’’Ini yang kadang dilupakan pasien. Karena merasa seharian sudah nggak makan, saat buka, mereka makan banyak dan lupa obat,’’ ujarnya. Hal tersebut tentu smembuat kondisi tubuh drop.

Diana menjelaskan, selama berpuasa, tubuh mendapat energi dari makanan sahur. Yang pertama diproses adalah karbohidrat, lalu protein. Ketika terserap dan habis, tubuh bakal berganti memanfaatkan cadangan makanan berupa lemak.

Cadangan itu diolah menjadi gula, lantas diserap tubuh dengan bantuan insulin. ’’Makanya, jelang siang, tubuh lemas. Begitu dekat jam buka, tubuh kembali segar,’’ lanjut alumnus Universitas Sam Ratulangi, Manado, tersebut. Namun, hal itu tidak terjadi kepada pasien diabetes. Sebab, papar Diana, proses produksi insulin tidak berlangsung normal. Makanan yang sudah dicerna pun tidak bisa diserap. Risikonya, kadar gula darah naik (hiperglikemia) atau turun (hipoglikemia) secara ekstrem.

Hal tersebut juga ditegaskan dr Indro Harianto SpPD. Jika muncul perubahan kadar gula darah yang ekstrem, pasien disarankan segera melakukan pengecekan darah. ’’Pokoknya, kalau ada gejala nggak enak badan, pusing, jantung berdebar, segera cek. Lalu, batalkan puasa,’’ tegasnya.

Indro maupun Diana menyampaikan, pertolongan yang terlambat diberikan bisa berakibat fatal. ’’Kondisinya akan makin parah sehingga bisa saja muncul sekuel atau lanjutan di kemudian hari,’’ ucap Diana.

Di samping itu, penundaan tersebut mengakibatkan komplikasi di otak, jantung, serta organ vital lainnya. ’’Kondisi pasien yang terus drop bisa membahayakan nyawa. Sebaiknya, segera tangani, lalu hubungi dokter ketika muncul keluhan,’’ imbuh Indro.(fam/c19/ayi)