25 radar bogor

Ansor Pasang Badan untuk Dahlan Iskan

FOTO: GHOFUUR EKA/ JAWA POS BERI DUKUNGAN: Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor dipimpin H Yaqut Cholil Qoumas berkunjung ke rumah Dahlan Iskan, kemarin (22/4) .

SURABAYA–Kediaman Dahlan Iskan di Ketintang, Surabaya, tak pernah sepi dari tamu. Kemarin (22/5) giliran rombongan Pimpinan Pusat Gerakan Pe muda (PP GP) Ansor berkunjung ke rumah man tan menteri BUMN itu. Rombongan yang beranggota lebih dari 30 orang tersebut dipimpin Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas.

Gus Tutut –sapaan Yaqut Cholil Qoumas yang datang pukul 16.15 diterima Dahlan Iskan dan istri, Nafsiah Sabri, di depan rumah. Nafsiah kemudian pamit karena harus ke Ponpes Bumi Sholawat, Sidoarjo, untuk mewakili suaminya memenuhi undangan KH Agoes Ali Masyhuri, pengasuh ponpes tersebut. Sebagai tahanan kota, Dahlan tidak mungkin hadir dalam acara salawat yang menghadirkan Habib Syech Abdul Qodir Assegaf di ponpes itu.

Gus Tutut menyatakan, Ansor sangat prihatin atas kasus yang melilit Dahlan saat ini. Dia me­ nyatakan heran atas penegakan hukum pada era Presiden Jokowi yang diwarnai kriminalisasi terhadap para tokoh dan aset bangsa.

Kehadiran para pengurus Ansor di rumah Dahlan merupakan bentuk dukungan kepada tokoh pers yang pernah menjadi Dirut PLN tersebut. ”Pak Dahlan itu selalu menginspirasi kami. GP Ansor akan pasang badan,’’ tegas putra KH Cholil Bisri, salah seorang pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), itu.

Kehadiran para petinggi Ansor tersebut juga mengikuti para kiai NU yang sebelumnya mengunjungi Dahlan. Mereka adalah KH Moh. Hasan Mutawakkil ’Alallah (ketua PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan, Probolinggo); KH Anwar Iskandar (wakil rais syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri); dan KH Agoes Ali Masyhuri (wakil rais syuriah PW NU Jatim/ pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat, Sidoarjo).

Selanjutnya, KH Yasin Asymuni (wakil rais syuriah PW NU Jatim/ pengasuh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab, Kediri); KH Ahmad Sadid Jauhari (wakil rais syuriah PW NU Jatim/ pengasuh Pondok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Jember); KH Syafrudin Syarif (khatib syuriah PW NU Jatim/pengasuh Pondok Pesantren Hidayatuddin Al Islami Probolinggo); dan Sekretaris PW NU Jatim Prof Akh. Muzakki. Terakhir, Kamis (18/5) mantan Rais Am PB NU Mustofa Bisri juga datang untuk mendoakan Dahlan.

Dalam diskusi santai sambil lesehan itu, Dahlan juga menyampaikan pandangannya soal nasionalisme. Menurut dia, anak­ anak muda kadang­kadang terlalu bersemangat menyuarakan nasionalisme dalam arti yang sempit. Misalnya, menolak segala jenis impor. Biasanya isu yang diusung, negara harus berdikari.

Semangat itu, kata Dahlan, tidak salah. Namun, harus dilihat konteksnya. Dia mencontohkan gerakan swadeshi di India. Dahlan heran ketika ada kalangan muda di Indonesia yang menyuarakan swadeshi. Sebab, di India, swadeshi telah dikubur sejak 1989.

Pemerintahan baru India saat itu menghapus aturan­aturan yang terkait dengan gerakan kemandirian tersebut. Kala itu cadangan devisa India hampir habis. Setelah meninggalkan swadeshi, India tumbuh pesat dan sekarang pertumbuhannya mencapai 6,5 persen atau nomor dua terbesar setelah Tiongkok.

’’Dalam globalisasi, kita tidak bisa tumbuh tanpa bekerja sama dengan negara lain. Nasionalisme penting, tapi jangan diartikan sempit,’’ kata Dahlan.

Dahlan juga menunjukkan mobil listrik buatan Amerika Serikat merek Tesla yang baru dibelinya. Menurut Dahlan, dirinya membeli mobil seharga Rp4 miliar itu bukan karena ingin punya mobil tersebut. Namun, dia hanya ingin menunjukkan bahwa perkembangan mobil listrik di negara lain sudah sedemikian maju. Selain itu, dia membeli mobil listrik tersebut untuk menjawab ucapan salah seorang penegak hukum yang mengatakan bahwa mobil listrik itu tidak ada alias omong kosong.

Menurut Dahlan, lima tahun silam, Amerika, negara­negara di Eropa, dan Tiongkok baru memulai mobil listrik. Jepang baru pada tahap mobil hybrid. Saat itu Dahlan ingin Indonesia memulai mobil listrik karena tidak mungkin mengejar ketertinggalan industri mobil konvensional.

’’Sekarang ibarat lari maraton Jakarta–Surabaya, Amerika sudah sampai di Cirebon. Kita masih bisa mengejar. Kalau tidak, ya nasib kita hanya menjadi konsumen,’’ tegas Dahlan.

Dalam kesempatan itu, Yaqut mendapat kehormatan mencoba mobil listrik Tesla tipe S milik Dahlan berkeliling kawasan Ketintang, Surabaya. Sekitar 15 menit Yaqut mengendarai mobil berdaya 35 kw itu.

’’Tadi kami berharap tersesat dan tidak kembali ke sini,’’ kelakar Adung Abdul Rocman, sekjen PP GP Ansor, setelah mendampingi Yaqut mencoba Tesla.(sal/c5/tom)