25 radar bogor

Desak Letak Musala dalam Toilet Diubah

BOGOR–Kondisi musala di Taman Topi yang berada di dalam toilet kembali dipermasalahkan. Kali ini datang dari Direktur Lembaga Analisis Studi dan Kajian Publik (Lanskip), Abdul Rahmad Saleh. Dia menilai letak musala tersebut sebaiknya diperbaiki sehingga ti dak berbatasan langsung dengan toilet.

Menurutnya, perlu ada perhatian lebih dari manajemen Taman Topi dalam mengubah letak musala yang berada di dalam toilet. Manajemen Taman Topi, kata dia, jangan hanya mengais keuntungan dari pengunjung, tapi juga harus menyuguhkan fasilitas publik yang baik.

“Musala dekat kamar mandi saya rasa harus segera diperbaiki. Kalau dari aspek syariah pun kurang etis terkait masalah kesuciannya. Karena kesucian itu menjadi faktor utama dalam beribadah,” jelasnya kepada Radar Bogor (19/5).

Dia pun meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor turut memberikan teguran terkait hal itu, agar pihak Taman Topi segera memperbaikinya. Tak hanya Taman Topi, menurutnya, banyak tempat publik yang tidak memperhatikan ketersedian musala yang baik. “Hotel, sekolah, rumah sakit. Hotel pun tak sedikit yang tidak ada musalanya, sehingga terpaksa pengunjung salat di kamar,” tuturnya.

Bahkan, dirinya sempat menerima aduan mengenai salah satu rumah sakit ternama yang tidak memiliki fasilitas ibadah. Dia sangat menyayangkan kondisi tersebut. Pasalnya, pengunjung yang ingin beribadah harus terlebih dahulu keluar dari area rumah sakit. “Jadi, kalau mau salat harus keluar dulu, di luar area, tidak lewat dalam. Itu yang jadi masalah,” tandasnya.

Sebelumnya, Humas Taman Topi Basiran mengatakan, sebelum membangun musala dan toilet, pihaknya sudah melakukan konsultasi dengan tokoh-tokoh agama sekitar. Dia pun sempat heran, bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 70-an ini baru dikomplain sekarang melalui media sosial (medsos). “Ini bukan baru, sudah lama. Kalau ada usulan atau komplain lebih baik langsung ke pihak kami pengelola,” jelasnya.

Padahal, menurut dia, tempat ibadah tersebut sudah cukup layak digunakan. Hal itu ditandai dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih beribadah di tempat tersebut daripada di musala umum. Basiran bahkan menantang untuk mengeceknya setiap hari bahwa tempat tersebut selalu dirawat.

“Di sini lihat sendiri, orang rata-rata lari ke sini karena tempatnya bersih dan enak. Tapi tidak menutup kemungkinan memang ada orang yang mengatakan kurang. Kami bukan ngada-ngada. Silakan dicek setiap hari,” ucapnya.

Meski begitu, pihaknya siap mengubah bangunan yang dianggap tidak lazim tersebut. Hal ini dijadikan evaluasi untuk membuat para pengunjung nyaman. “Kalau memang itu tidak bagus dan tidak layak, kan kita masih bisa mengubah seperti yang diinginkan masyarakat maupun pemerintah daerah,” tandasnya.(cr3/c)