25 radar bogor

Cuitan Berujung Permohonan Maaf

AJUKAN PERMOHONAN MAAF: Warga Kelurahan Curugmekar, Semuel Aitonam memohon maaf atas komentarnya tentang Muhammadiyah di Facebook.

BOGOR–Je m p o l m u harimaumu. Mungkin kalimat tersebut yang kini cocok untuk menggambarkan kesesumbaran. Pasalnya, gara-gara memposting komentar miring terkait Muhammadiyah di Facebook, warga Kelurahan Curugmekar Kecamatan Bogor Barat, Semuel Aitonam kini terancam berhadapan dengan hukum. Kemarin (17/5) Semuel menghaturkan permohonan maafnya melalui konferensi pers di Kantor Muhammadiyah Kota Bogor. Ia mengaku tidak memiliki niatan untuk mendiskreditkan nama
organisasi yang ditulisnya di kolom komentar Facebook. “Pada perinsipnya, pemilihan diksi saya yang mungkin melukai hati Muhammadiyah. Saya atas nama pribadi menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Sama sekali tidak ada niatan, tapi pemilihan kata dan diksi,” ucap Semuel. Menurutnya, setelah tulisannya yang di-posting pada 25 April itu booming, dirinya langsung membuat klarifikasi berupa tulisan permohonan maaf di kolom komentar yang sama. Tak hanya itu, dia juga
langsung berkirim pesan via Facebook dengan ketua Pemuda Muhammadiyah Pusat. “Setelah beredar screenshot itu, langkah kedua tanggapan saya, saya berkirim pesan kepada ketua Pemuda Muhammadiyah pusat,” tuturnya. Ia mengaku sempat kaget saat melihat screenshot komentarnya di status pemilik akun Facebook bernama Laily Fitria beredar luas. Untuk itu, ke depan dia akan berhati-hati dalam mengomentarai segala hal. Terlebih segala sesuatu yang berhubungan dengan agama. “Saat saya lihat screenshot itu
saya kaget juga. Saya harus berhati-hati untuk tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Saya sama sekali tidak punya keinginan untuk melukai hati warga Muhammadiyah khususnya, dan para tokoh pada umumnya,” ucap pria yang berprofesi sebagai bendahara di salah satu yayasan itu. Di tempat yang sama, Ketua Pemuda Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bogor, Adang Budaya menga takan, pihaknya menyikapi hal tersebut dengan asas kekeluargaan dan bermartabat. Ia mengaku diminta pimpinan Muhammadiyah pusat untuk mewakili dalam menyelesaikan persoalan tersebut. “Saya siap bertanggung jawab dan memberi kabar kepada kawankawan untuk menyelesai kannya. Kami langsung menemukan
alamat kang Samuel tadi malam. Tidak bermaksud anarkis ataupun hukum rimba, tapi tolong diselesaikan dengan bermartabat,” terangnya. Dia mengapresiasi sikap Semuel yang secara kooperatif untuk menyampaikan maaf. Sehingga, menurutnya, banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dari kejadian tersebut. Meski begitu, kemungkinan kasus tersebut dibawa ke ranah hukum masih ada. ”Sebab, untuk menen tukannya perlu dilakukan musya wa rah internal terlebih dahulu oleh pimpinan Pusat Muhammadiyah,” tandasnya. (cr3/c)