25 radar bogor

Cerita Pegiat Membaca Bogor yang Diundang ke Istana Diapresiasi Presiden, Dirikan Pos Pintar untuk Warga

PRESTASI: Yusuf Sofyan bersama dengan anak-anak di Pos Pintar yang didirikannya.

Yusuf Sofyan (24), warga Kampung Al Busyro RT 03 RW 02, Kelurahan Katulampa, Kecamatan
Bogor Timur, Kota Bogor, bersama tujuh rekannya tak pernah bermimpi bertemu dan bersalaman dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, hal tersebut terjadi ketika Yusuf dan kawan-kawan diundang khusus Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai pegiat gemar membaca di Indonesia.

Yusuf yang merupakan Presiden Pos Pintar dan mewakili Kota Bogor, datang ke istana bersama 35 orang dari pelosok Indonesia yang disambut langsung oleh presiden. Ada yang berasal dari Jakarta, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur hingga Papua.

Lulusan sekolah Kejar Paket C itu mera- sa prihatin dengan banyak warga di wilayahnya tidak bisa membaca karena putus sekolah. Untuk itu, ia dan temannya berinisiatif untuk mendirikan taman baca bernama Pos Pintar. Buku-bukunya berasal dari swadaya masyarakat sekitar.

“Awalnya kami mendirikan Pos Pintar karena melihat banyak anak-anak yang pulang sekolah langsung main dan banyak yang tak bisa baca. Alhamdulillah, bulan Maret 2017 terbentuk Pos Pintar, meskipun buku bacaannya masih terbatas,” kata Yusuf.

Ia mengaku kaget diundang oleh Presiden Jokowi ke Istana Jakarta sebagai salah satu pegiat gemar membaca di Indonesia. Sebab, Pos Pintar yang berada di dalam pos kayu sederhana yang beratap seadanya ini belum lama didirikan. “Jadi, awalnya saya diberitahukan pihak sekolah relawan, ada undangan dari Presiden, ada 8 orang yang ke Istana Presiden dari Pos Pintar,” tuturnya.

Dalam arahan presiden, kata Yusuf, program Pos Pintar ini harus terus dijalankan dan dikembangkan. Bahkan, presiden berpesan jangan pantang menyerah, karena membaca merupakan ajaran Alquran yaitu Iqro (Bacalah) dan sebagai upaya untuk mencerdaskan bangsa. “Pak Jokowi juga menjanjikan akan memberikan 10.000 buku bacaan dan nanti dikirim secara dicicil,” ujarnya.

Dia mengakui, kendala yang dihadapi saat ini adalah buku bacaan sumbangan swadaya dari masyarakat yang tidak semuanya dapat dibaca oleh anak­anak. Sebab, bahan bacaan untuk anak­anak harus benar­ benar mendidik. “Saat ini baru ada sekitar 2.000 buku, dan setelah disortir kira­kira ada 1.000 buku yang layak dibaca anak­anak. Kami tentunya menerima kalau ada yang mau menyumbangkan buku bacaan dari siapa pun,” akunya.

Didukung Ketua Karang Taruna Katulampa Kusyana, Yusuf berkomitmen akan terus berupaya mengembangkan Pos Pintar ini. Meski pengurusnya rata­rata putus sekolah karena faktor ekonomi. “Jadi, nantinya tidak hanya menjadi taman bacaan, ada juga taman grafiti, tempat latihan jaipong. Bahkan, Sabtu Minggu, anak­anak diarahkan untuk mulung sampah sekitar sini dan kantor Kelurahan Katulampa,” kata Yusuf.

Sementara itu, salah satu pengurus Pos Pintar, Firmansyah (20) yang merupakan anak yatim mengaku, ingin terus belajar membaca. Ia terpaksa putus sekolah sejak di bangku SD kelas 1 karena faktor ekonomi. “Alasan saya keluar dari sekolah karena terkendala biaya dan memilih buat kerja ikut narik angkot. Tapi setelah ikut di sini saya semangat untuk mau belaiar, karena tidak ada kata terlambat buat belajar,” akunya.(wil/*)