25 radar bogor

Terdeteksi setelah Anak Kedua

DHIAN Deliani (41) berbagi pengalaman sebagai penyan dang hipertensi paru. Ibu dua anak tersebut baru mengetahui pada 2006 bahwa dirinya mengidap hipertensi paru yang dipicu penyakit jantung bawaan. Gejala yang dirasakan adalah sesak yang kerap datang dan rasa lelah luar biasa.

’’Waktu mengejar kereta atau naik tangga dengan tergesa-gesa, sekujur tubuh rasanya lemas, mau pingsan,’’ ungkapnya. Dari serangkaian tes, mulai rontgen, EKG, ekokardiografi, sampai kateterisasi jantung kanan, diketahui Dhian memiliki atrial septal defect (ASD) atau lubang pada sekat jantung sebesar 2,8 sentimeter.

’’Lubang itu sudah ada sejak saya lahir, tapi selama ini tidak diketahui,’’ ujarnya. Penyakit jantung bawaan yang tidak terdeteksi dan terlambat ditangani itu memicu hipertensi paru. Tekanan darah di arteri pulmonalnya sangat tinggi, mencapai 120 mmHg. ’’Sekarang lumayan turun, di angka 90 mmHg dengan rutin minum obat selama 11 tahun ini,’’ tutur Dhian sembari meminta izin untuk berhenti bicara sejenak karena merasa sesak.
Hal seperti itu merupakan kondisi yang dialami penyandang hipertensi paru setiap saat. Dhian menceritakan, dirinya bernapas dengan menggunakan tabung oksigen saat tidur. Dhian terdiagnosis mengalami hipertensi paru setelah memiliki dua anak yang semuanya melalui persalinan normal. ’’Waktu itu anak kedua sudah selesai ASI, sekitar usia 1 tahun. Tapi, yang bikin sedih, anak tak bisa bermanja-manja dengan saya. Untuk menggendongnya, saya tidak kuat,’’ kata Dhian.