25 radar bogor

Lahir BBLR Berisiko Obesitas

 

PARA orang tua harus rajin memantau tumbuh kembang anak yang baru lahir hingga balita. Perkembangan berat badan dan tinggi badan anak harus dipantau secara berkala agar tidak terjadi berat badan kurang atau lebih.

Orang tua harus lebih detail memantau perkembangan anak yang lahir dengan berat badan rendah karena justru berpotensi menjadi obesitas di kemudian hari. ”Anak yang lahir berat badan lahir rendah (BBLR) berisiko obesitas lho ke depannya. Padahal lahirnya BBLR. Normalnya tubuh tak bisa mengendalikan antara demand dan supply- nya. Karena itu anak-anak yang underwight risiko obesitas,” kata dokter spesialis konsultan tumbuh kembang–pediatri sosial, Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K) dalam bincang bersama Nutricia Sari Husada, Rabu (26/4).

Jika sudah obesitas, maka berisiko dengan penyakit tak menular lainnya seperti hipertensi dan diabetes serta penyakit kardiovaskular. Tak hanya itu, anak yang memang sudah obesitas sejak kecil juga menghadapi risiko yang sama. ”Karena itu berat badan anak jangan kurang jangan lebih,” tegas pria yang akrab disapa Wawan ini.

Hal senada diungkapkan spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik dr. Yoga Devaera Sp.A(K). Dia menambahkan, anak yang mengalami malnutrisi saat lahir cenderung mempunyai masalah penyakit tak menular. Anak BBLR secara janin mempunyai gangguan metabolik yang berbeda dibanding anak gizi baik.

”Seolah saat BBLR anak mengalami masa paceklik, tubuhnya akan hemat, untuk cadangan makanan yang paling penting saja. Saat lahir, tubuhnya sudah programming atau terbentuk. Ketakutan akan menghemat justru nantinya menimbun lemak dan obesitas,” katanya.

Karena itu anak yang kegemukan saat tumbuh besar tidak diiringi dengan tinggi badan yang cukup. Saat dewasa, anak menjadi dewasa dengan tubuh pendek tetapi gemuk.

”Karena itu pentingnya di dua tahun pertama jangan sampai anak mengalami malanutrisi. Akan rugi bagi kesehatan jangka panjang. Harus ada keseimbangan,” tegas Yoga.(cr1/JPG)