25 radar bogor

Mengintip Rangkaian HUT ke-13 RS BMC Sosialisasikan Bahaya Hipertensi dan Komplikasi

Hipertensi merupakan momok bagi kesehatan. Hipertensi menjadi silent killer yang bisa mengakibatkan komplikasi berbagai penyakit mematikan. Padahal, gangguan kesehatan tersebut bisa dimonitor supaya tidak sampai berimbas fatal. Salah satunya dengan pola hidup sehat dan rutin olahraga.MSc, SpJP, FIHA mengatakan, satu dari empat penduduk dewasa di Indonesia mayoritas terkena hipertensi. Penyakit ini merupakan kondisi ketika tekanan darah pada pembuluh meningkat secara kronis. Jika dibiarkan, hipertensi bisa mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ vital seperti jantung dan ginjal. “Makanya, kita harus mengedukasi penderita bahwa mereka harus berpola hidup sehat, pola makan teratur. Karena kalau lengah tidak kontrol sekali saja, tiba-tiba bisa langsung terkena serangan jantung atau stroke,” ujar Hendro di sela-sela Annual Scientific Meeting atau Workshop yang mengupas mengenai hipertensi dan komplikasinya, di ruang serbaguna RS BMC, Sabtu (6/5).

Annual Scientific Meeting merupakan salah satu rangkaian kegiatan HUT ke-13 RS BMC yang bertujuan memberikan ilmu kepada dokter-dokter, khusus dokter umum, dengan berbagai tema yang rutin diadakan.

Hendro menambahkan, terjadinya hipertensi sering kali tanpa gejala. Karena itu, penyakit ini kerap disebut dengan silent killer, sebab tidak ada keluhan. Apalagi, ditambah dengan merokok dan tidak olahraga teratur. “Jadi, kalau masyarakat diberikan edukasi bagaimana seharusnya pola hidup sehat, hipertensi bisa diminimalisasi dan dicegah sejak dini,” bebernya.

Masih banyak masyarakat, kata dia, yang tidak mengetahui bahwa mereka terkena hipertensi. Bahkan, ada kasus, banyak yang mengetahuinya tapi tidak menjaga pola hidup dan olahraga teratur. Terkesan menyepelekan penyakit ini. “Banyak juga masyarakat yang susah mendapatkan akses kesehatan, karena lokasinya jauh. Sehingga ketika tiba di rumah sakit, sudah dengan komplikasi hipertensi,” ucap Hendro.

Karena itu, ia menekankan kepada puluhan peserta dokter umum yang hadir pada Annual Scientific Meeting RS BMC, untuk mengelola manajemen pengobatan pasien hipertensi yang teratur. “Dokter harus punya ketepatan mendeteksi hipertensi, punya ketepatan merujuk. Karena waktu dan ketepatan itu bisa menyelamatkan jantung dan otak,” cetus Hendro.

Ia menegaskan, pengobatan pertama bukanlah obat, melainkan olahraga yang benar, pola hidup yang sehat, dan tidak merokok. “Bukan melarang makan garam, tapi komposisinya dikurangi. Saya berharap, dengan ini kami bisa meningkatkan kesadaran dan meminimalisasi hipertensi dengan komplikasinya,” tutup Hendro.(ran/c)