25 radar bogor

MENGANALISIS ALARM DARI PERUT

IDEALNYA, perut manusia akan merasa lapar sekitar lima atau enam jam sesudah makan besar ter akhir. Ketika itu makanan sudah dicerna dan zat gizi telah diserap setelah mengalami metabolisme oleh hormon. Namun, bagi beberapa orang, rasa lapar bisa datang lebih cepat. ’’Selain lapar, mereka lebih sering lemas dan tidak bersemangat,’’ ujar dr Budi Widodo SpPD,

internis Siloam Hospitals Surabaya. Budi menjelaskan, faktor pencetus rasa lapar dalam tubuh adalah berkurangnya kandungan gula, termasuk karbohidrat.

Dalam proses metabolisme, gula atau karbohidrat digunakan sebagai sumber energi. Nah, penyerapan gula dan karbohidrat terjadi sangat cepat sehingga lekas habis. Ketika gula atau karbohidrat sudah cukup, tubuh akan mengirim sinyal ke otak untuk memberikan sensasi kenyang. Gula atau karbohidrat selanjutnya diproses menjadi energi.

Namun, bila asupan gula atau karbohidrat kurang, energi yang dihasilkan minim. Tubuh pun kembali merasa lapar. Maka, mereka yang kurang mengonsumsi karbohidrat atau gula berpotensi lebih cepat lapar. Apalagi yang tidak sarapan. Saat pagi kinerja organ pencernaan tengah meningkat sehingga bisa menyerap gula dan karbohidrat dengan cepat. Jika saat itu tubuh tidak mendapat asupan gula, energi dan rasa kenyang sulit tercapai. Selain itu, ketika pagi perut benar-benar dalam keadaan kosong karena tidak diisi.
’’Malam hari kan kita tidur. Jadi, perut kita sama sekali tidak ada asupan makanan. Pada pagi atau siang hari kita akan lebih sering lapar,’’ kata Budi. Kurang sayur pun bisa membuat perut lebih cepat kosong dan lapar. Sayuran mengandung serat yang sulit dicerna. Di dalam lambung, sayuran lebih lama diproses. ’’Ini yang membuat sayuran tetap mengisi lambung sehingga tubuh memberikan respons bahwa perut sudah terisi dengan cukup,’’ jelas Budi. Lemak dan protein turut berpengaruh pada rasa lapar.

proses penyerapannya sangat cepat, lemak dan protein diproses lebih lama. Keduanya baru diproses setelah karbohidrat dan gula diserap tubuh. Kita sering kali tergoda menunda rasa lapar dengan minum air.

Memang, air akan mengisi lambung sehingga penuh. Namun, air hanya mengandung mineral. Padahal, tubuh membutuhkan zat gizi lain untuk diproses menjadi energi dan mengirimkan sinyal ke otak agar merasa kenyang. Mineral dari air tidak sanggup melakukannya. ’’Begitu pipis, lapar lagi deh,’’ ucap Budi. Selain kurangnya asupan gizi, lebih mudah lapar harus diwaspadai sebagai gejala penyakit.

Yakni, hipertiroid. Pada penderita hipertiroid, kinerja hormon terlampau tinggi dan tubuh memerlukan energi atau kalori yang lebih banyak. Begitu penderita makan, berbagai zat gizi langsung diproses dengan sangat cepat oleh hormon. Zat gizi pun cepat sekali habis. Karena itu, mereka membutuhkan porsi makan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan kalori dan tenaganya.
Orang yang lebih cepat lapar juga punya kemungkinan menderita diabetes. Pada pasien diabetes, gula atau karbohidrat dalam darah tidak bisa diolah menjadi energi atau kalori. Kondisi tersebut terjadi lantaran resistansi insulin. Gula atau karbohidrat yang ada di darah tidak bisa memberikan energi yang cukup.
’’Makanya, orang diabetes itu mudah merasa lapar walaupun sudah makan banyak,’’ ungkap Budi. Makan terlalu cepat pun bisa membuat perut mudah sekali merasa lapar. Saat kita mengunyah, air liur membantu proses penyerapan zat gizi ke tubuh. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik lebih sulit diserap zat gizinya sehingga perut tidak kunjung merasa kenyang.(len/c15/na)