25 radar bogor

Berhitung Menyenangkan Bersama Pakar Matematika Unesa Prof Siti Maghfirotun Amin

’’SAYA ingin pendidikan matematika Indonesia tidak kalah oleh negara lain,’’ tegas Prof Siti Maghfirotun Amin saat ditanyai keinginan terbesarnya. Pakar Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya itu sempat geregetan. Pasalnya, beberapa negara di Asia sudah masuk jajaran tertinggi untuk pendidikan matematika. ’’Tapi, kenapa Indonesia tidak masuk di dalamnya?’’ kata perempuan asli Ngawi, Jawa Timur, tersebut.

Sejak menempuh pendidikan S-2, Amin memiliki ketertarikan terhadap pendidikan sekolah dasar. Fase itu menentukan perkembangan anak pada masa depan. Kalau sejak SD suka matematika, seterusnya anak akan tetap suka. Bagi Amin yang mempunyai ayah seorang guru matematika, dirinya mengakui bahwa pelajaran tersebut cukup rumit. Tetapi, bukan berarti pelajaran itu tak bisa dipermudah. Caranya, menerapkan pola pembelajaran yang menyenangkan dan tak terkesan menakutkan bagi siswa.

Berdasar penelitiannya, konsep pembelajaran matematika bisa lebih mudah dipahami. Terutama dengan praktik yang biasa mereka temukan pada kehidupan sehari-hari. Dia mencontohkan siswa kelas I SD. Jika disodori pertanyaan 8:2=…, tentu mereka sulit memahami. Namun, berbeda halnya jika menggunakan penalaran yang sering mereka alami. Misalnya, ibu memiliki delapan permen. Sementara, ada dua anak. Ibu harus memberikan jumlah permen yang sama kepada kakak dan adik. Anak itu bakal langsung membayangkan bahwa permen yang harus diberikan kepada kakak berjumlah empat buah dan adik juga empat buah.

Karena itu, sebaiknya soal cerita diberikan lebih dulu. Setelah siswa paham dengan penalaran, baru masuk ke model matematika dalam bentuk jadi. Yakni, menggunakan rumus. Dengan demikian, siswa akan terbiasa menyelesaikan soal dengan analisis.
Amin mengungkapkan, penelitian terhadap hasil UN siswa yang pernah dilakukannya. Berdasar pengamatannya, nilai terendah berada di semua mata pelajaran yang berkaitan dengan penalaran. Sebab, siswa tak terbiasa menganalisis. Begitu model soal diubah dalam bentuk cerita, mereka sulit memahami. Padahal, mengajarkan pemahaman bisa dilakukan dengan cara yang mudah.

Misalnya untuk menghitung volume bisa dengan praktik menggunakan benda-benda tertentu. Misalnya, tabung. Biasanya, Amin menyediakan beberapa tabung dengan ukuran berbeda. Kemudian, tabung tersebut diisi air. Selanjutnya, anak-anak diajak menghitung bersama berapa banyak isi tabung tersebut. Menurut dia, mengajarkan matematika memang tak bisa hanya mengandalkan dari buku. Guru juga harus keluar dari zona nyaman.

Sedikit bekerja lebih keras untuk menciptakan inovasi dan kreativitas dalam mendidik siswa. ’’Bagaimana caranya agar anak juga belajar nilai-nilai matematika ketika belajar matematika,’’ papar alumnus IKIP Surabaya tersebut.

Selama ini siswa hanya disodori rumus dan diminta menghafalkannya. Namun, guru lupa memberikan pemahaman mengenai alasan rumus itu harus digunakan. Nah, anak hanya bisa karena hafal. Bukan memahami. Bagi Amin, matematika bukan hanya tentang benar dan salah. Untuk menemukan sebuah jawaban, siswa harus tahu prosesnya. Jawaban hanya satu. Tetapi, proses bisa menggunakan berbagai cara. ’’Proses juga penting,’’ tegas perempuan kelahiran 31 Mei 1950 tersebut.

Pembelajaran tersebut sekaligus mengajarkan kehidupan sosial kepada muridnya. Dengan biasa melatih diri dengan soal-soal analisis, harapannya mereka tumbuh jadi pribadi yang mampu mencari solusi. ”Juga meningkatkan kepercayaan diri,” ujarnya.(ant/c14/nda)