25 radar bogor

Olah Limbah Kertas Jadi Uncal

KREATIF: Koriah, warga Tanah Baru menyulap limbah kertas menjadi benda seni.

Menawan di Atas Anyaman Kertas

Bagi sebagian orang, sisa buku pelajaran, majalah hingga tabloid dianggap tidak berguna dan tak memiliki nilai ekonomis. Namun, tidak bagi Koriah (41). Di tangannya, limbah kertas disulap menjadi karya seni yang mengagumkan.

Laporan: Wilda Wijayanti

Di kediamannya di bilangan Tanah Baru, terpampang hasil karya tangan terampil Kori, sapaan akrabnya. Mulai dari uncal, tempat pensil berbentuk burung hantu, kotak tisu hingga sepatu. Bahkan, beberapa di antaranya menjadi perabot Kori sendiri. Memang, kerajinan Kori yang kemudian diberi nama Khabeesana Craft berawal dari hobi memanfaatkan limbah kertas HVS mahasiswa yang tinggal bersebelahan dengan kediamannya.  “Kebetulan saya memiliki keterampilan menganyam kertas,” ujarnya.

Kori pun lantas memanfaatkan limbah-limbah tersebut, terhitu­ng sedari 2015 lalu. Kotak tisu menjadi karya pertamanya. Dia pun iseng memasangnya di display picture (DP) BBM. Tak disangka, beberapa kerabatnya tertarik, bahkan menyangka kotak tisu buatan Kori berbahan dasar rotan. Sekilas kerajinan tangan Kori memang nampak berbahan rotan.

“Mulai ikut pameran setahun ke belakang. Banyak pula hotel yang menawarkan konsinyasi, tapi karena belum ke-handle semua, jadinya masih tertunda. Soalnya, untuk desain masih saya sendiri yang ngerjain. Kalau ngelinting kertas sama finishing ada yang bantu,” katanya.
Tak sulit baginya mendapatkan bahan baku. Sebab, banyak kerabat yang kemudian membu­ang buku-buku pelajaran, majal­ah atau apa pun itu ke rumahnya. Kori pun dengan tangan terbuka menerimanya.

“Proses pembuatannya mudah. Pertama digunting, lalu dilinting kertas-kertasnya, kemudian dilem. Setelah itu, langsung dianyam sesuai keinginan. Untuk finishing, agar antiair saya pakai pelitur atau pernis, biar terlihat lebih mengilat,” jelasnya.

Kori mengatakan, inspirasi bentuk kerajinan diperolehnya dari internet. Yakni membuat barang dengan berbahan rotan, tetapi ia ganti dengan kertas. Kesulitannya, sambung Kori, membuat kerajinan berbentuk karakter. Berbeda dengan benda mati yang terasa mudah baginya.
“Harganya mulai Rp15 ribu hingga Rp250 ribu. Terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah,” katanya.

Kori menambahkan, regenerasi pun menjadi hal yang dipikirkannya. Sekalipun ada dari mereka yang ditransfer ilmu menganyam kertas, masih terasa sulit jika bukan hobi. “Kalau omzet enggak tentu, bikinnya pun masih tergantung mood. Yang sederhana saja, kalau lagi semangat bisa 10 sehari. Harusnya kan ditarget,” ungkapnya.

Lebih dari itu, sedianya Kori menginginkan apa yang dibuatnya kini bisa juga dilakukan para ibu rumah tangga kebanyakan.
“Koleksinya sudah banyak yang terjual, tapi bisa by request. Lihat contohnya di Instagram Khabeesana Craft dan Facebook, akun Koriah,” ungkap ibu dua anak ini.(wil/c)