25 radar bogor

Asah Kecerdasan Anak dengan Lomba Bercerita

CERIA: Salah satu peserta lomba bercerita tampil atraktif dengan mendongengkan cerita rakyat Lutung Kasarung dan Putri Purbasari di aula Graha Pena, kemarin (20/4).

BOGOR–Menumbuhkembangkan budaya gemar membaca anak-anak dapat dilakukan dengan banyak media. Salah satunya, mengajak mereka untuk bercerita. Baik itu cerita legenda, mitos, dongeng, epos, dan sejarah yang sebagian sudah diabadikan dalam bentuk tulisan.  Pemandangan ini pula yang terlihat di aula Graha Pena, Jalan KH Abdullah bin Nuh, kemarin (20/4).

Satu per satu siswa sekolah dasar (SD) dengan penuh percaya diri berkisah tentang legenda Lutung Kasarung dan Putri Purbasari, lewat Lomba Bercerita tingkat Kota Bogor yang untuk kali pertama dihelat.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Diskarpus) Kota Bogor Encep Al Hamidi mengatakan, lomba bercerita sedianya merupakan program bidang perpustakaan, yang tak lain  untuk membangun karakter, kecerdasan, inovasi serta daya kompetitif bangsa. “Lomba ini sekaligus mengangkat dan memopulerkan buku-buku cerita budaya daerah (lokal) yang isinya mengandung nilai-nilai kepahlawanan dan misi membangun karakter bangsa,” ujarnya.

Pesertanya sendiri ada 20 siswa yang mewakili 20 sekolah. Jumlah ini mewakili sekolah yang sudah memiliki perpustakaan. “Jadi, mereka sudah diseleksi terlebih dahulu di tingkat sekolah masing-masing. Karena nantinya, siapa pun yang menjadi juara akan mewakili Kota Bogor di Lomba Bercerita tingkat Provinsi Jawa Barat bahkan nasional,” jelasnya.

Jumlah ini, tentulah tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang ada di Kota Bogor. Artinya, masih banyak sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Encep pun mengamini hal itu. Namun tidak menutup kemungkinan, jika ada siswa yang memang berbakat bercerita, tetapi sekolahnya belum memiliki perpustakaan, bisa turut serta.

“Justru sebenarnya yang harus sering  mendongeng atau bercerita adalah orang tua. Hanya, makin ke sini para orang tua semakin jarang. Oleh karena itu, anak-anak dikenalkan cerita dongeng sejak dini, sehingga nanti ketika menjadi orang tua bisa mendongeng,” jelasnya.

Encep menjelaskan, komponen penilaian dari lomba ini, antara lain, aspek penampilan, cara bercerita, penguasaan materi, dan kemampuan peserta. Hal ini juga menyangkut keahlian bagaimana menyajikan, ekspresif, perbendaharaan bahasa, juga komunikatif. “Ke depannya, tidak menutup kemungkinan ada tingkat SMP maupun SMA,” ujarnya.

Tak lupa Encep berpesan, agar sekolah membudayakan gerakan membaca sejak dini. Apalagi, dalam  Undang-Undang No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, sekolah diwajibkan membeli bahan bacaan lima persen dari anggaran biaya sekolah.

“Ke depan juga akan diadakan klub mendongeng untuk menga­sah keterampilan mendongeng,” tandasnya.(wil/c)